Kamis

islam itu indah

    Ada ungkapan bahwa tak kenal maka tak dekat, tak dekat maka tak sayang.  Agaknya seperti itulah umat islam saat ini, tak mengenal islam secara dekat hingga menjadi tak sayang atau merasa asing dengan islamnya sendiri.  Apalagi opini negatif tentang islam begitu gencar dihembuskan media massa, misalnya saja terorisme, aliran sesat dan sebagainya.  Pemberitaan semacam ini bukannya mendorong masyarakat untuk cek dan ricek islam dari sumbernya yaitu Alquran dan Assunnah, tapi malah berpotensi membentuk islam phobia.  Jika Islam yang dikenal itu hanya sebatas shalat, zakat, haji tentulah tidak masalah.  Namun, jika  penjelasan islam disampaikan secara kaffah, mulai ada rasa was-was di dalam masyarakat terhadap agamanya.
     Sangat disayangkan sekali memang...,
padahal Allah sudah mewanti-wanti bahwa setiap berita itu harus dicek dan ricek dulu:
 " Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas tindakanmu itu"( Al-hujurat:6)
    Dalam ayat tersebut, Allah mengingatkan orang-orang beriman agar memastikan sumber suatu berita dan tidak dengan mudah mengambil keputusan, kecuali setelah yakin bahwa berita yang sampai tersebut berasal dari seorang muslim yang terpercaya, bukan dari seorang fasik.  Hal itu bertujuan agar keputusan yang diambil jangan sampai menyebabkan kemudaratan bagi suatu kaum atau pihak tertentu.
    Jika kita cermati media massa saat ini, didominasi oleh opini-opini yang mendiskreditkan Islam. Akhirnya lahirlah tiga penyikapan umum yang semakin memperparah kondisi umat.  Sikap pertama yaitu menunjukkan antipati terhadap hukum-hukum Islam, sehingga timbul ungkapan di sebagian besar kaum muslimin "ah, saya mau Islam yang biasa-biasa saja, yang penting yang kecil-kecil dulu".  Padahal mereka sendiri tak mengerti maksud dari ucapan mereka tersebut.  Jika kita ingin diri kita dan anak-anak kita meraih prestasi setinggi-tingginya,  ingin punya rumah yang senyaman-nyamannya, ingin jabatan selalu menanjak naik, ingin punya hari tua yang seaman-amannya dengan berbagai jaminan, lalu apa yang membuat kita ingin menjadi muslim yang biasa-biasa saja. Ini tentu bukan pilihan yang bijak. Tidakkah kita ingin memahami Islam seluas-luasnya, mengamalkan Islam sebaik-baiknya, menjadi muslim yang paling dicintai Allah dan RasulNya kemudian mendapat tiket ke syurga sebaik-baiknya tempat kembali?  Tentu jika kita menginginkan yang demikian, tak ada alasan sama sekali untuk menjadi muslim yang biasa-biasa saja.  
   Sikap kedua adalah kelompok defensif apologetik, merasa tertuduh dan melakukan pembelaan tanpa didukung ilmu yang memadai.  Akhirnya menyatakan hal-hal yang tampak Islami tapi sebenarnya mengkerdilkan ajaran Islam itu sendiri. misalnya saja Islam itu agama damai, jihad artinya bersungguh-sungguh, Islam itu menjunjung toleransi, Islam mendukung persamaan gender, dan sebagainya.  Kelompok kedua ini bahkan mudah ditunggangi oleh pemikiran asing sehingga semakin memunculkan dikotomi Islam moderat dan Islam fundamentalis.  Padahal dikotomi ini sengaja dimunculkan untuk membuat umat Islam terintimidasi secara opini untuk akhirnya memilih menjadi seorang moderat dibanding seorang fundamentaslis yg kadung memberi persepsi negatif.   Sikap ketiga adalah kelompok yang menggunakan kekerasan, akhirnya di lapangan malah menimbulkan konflik horizontal di kalangan masyarakat sendiri.  Sementara pihak-pihak yang diuntungkan tertawa terbahak-bahak melihat umat Islam saling bersiteru.  Misalnya saja konflik syiah sunni yang seakan tak berujung dan gampang sekali disulut menjadi api konflik.
       Kenalilah Islam lebih dekat sesuai teladan yang telah diberikan Rasul Saw.  Ikutilah teladan tersebut dengan penuh kesabaran, walaupun harus menggenggamnya seperti menggenggam bara api.  Pahamilah dari sumbernya, Alquran dan Assunnah, carilah pembimbing yang dapat membantu untuk memahaminya dengan prinsip para ulama salaf :  "Mazhabku adalah mazhab Rasulullah", "aku yakin pendapatku yang benar tapi tidak menutup kemungkinan ada kebenaran pada yang lain, 'aku yakin pendapat yang lain salah, tapi tidak menutup kemungkinan ada kesalahan pada pendapatku."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar